Metode Penyelidikan KLB
“KEJADIAN
LUAR BIASA (KLB) DEMAM CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN
BATANG
TORU, KABUPATEN TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA TAHUN 2014”
Oleh
REKA
OKTAVIANI SIMBOLON
1307012231
VI/B
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016
A.
METODOLOGI PENYELIDIKAN KLB KARENA MAKANAN
Dalam
penyelidikan KLB ini sangat sulit dan rumit ditentukan, sehingga menggunakan metode yang dipakai pada
penyelidikan KLB sangat bervariasi.
a.
Rancangan penelitian, dapat merupakan
suatu penelitian prospektif atau retrospektif tergantung dari waktu
dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian deskriptif,
analitik atau keduanya.
b.
Materi (manusia, mikroorganisme, bahan
kimia, masalah administratif),
c.
Sasaran pemantauan, berbagai kelompok
menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit, klinik, laboratorium dan lapangan).
Setiap
penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah
meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian), dengan tujuan khusus :
Ø
Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan
mengidentifikasi penyebab penyakit
Ø
Memastikan keadaan tersebut merupakan
KLB
Ø
Mengidentifikasikan sumber dan cara
penularan
Ø
Mengidentifikasi keadaan yang
menyebabkan KLB
Ø
Mengidentifikasikan populasi yang rentan
atau daerah yang berisiko akan terjadi
Metodologi
atau langkah-langkah yang harus dilalui pada pada penyelidikan KLB, seperti
berikut :
1.
Persiapan penelitian lapangan
2.
Menetapkan apakah kejadian tersebut
suatu KLB
3.
Memastikan Diagnose Etiologis
4.
Mengidentifikasikan dan menghitung kasus
atau paparan
5.
Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang,
waktu, dan tempat
6.
Membuat cara penanggulangan sementara
dengan segera (jika diperlukan)
7.
Mengidentifikasi sumber dan cara
penyebaran
8.
Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9.
Merencanakan penelitian lain yang
sistematis
10. Menetapkan
saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan
sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada
Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi.
(Sumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg,
1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986; Goodman et al., 1990)
a)
Dasar Penentuan KLB
- Peningkatan kejadian Chikungunya secara terus menerus dalam > 3 kurun waktu berturut-turut.
- Peningkatan kejadian penyakit ≥ 2 x dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dilihat dari diagram dibawah ini.
b)
Langkah-langkah penyelidikan KLB :
1. Persiapan
a.
Konfirmasi
Informasi
Laporan
KLB berasal dari laporan puskesmas Batang Toru bahwa terjadi peningkatan kasus
didua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas Batang Toru sebanyak 74 kasus,
dimana KLB demam chikungunya terjadi di Desa perkebunan Sigala-gal dan
Kelurahan Aek Pinang, kasus demam
chikungunya terakhir kali terjadi tahun 2009.
Atas informasi
tersebut petugas kabupaten langsung melakukan koordinasi dengan puskesmas Batang
Toru untuk melakukan penyelidikan dan penanggulangan ke lokasi kejadian serta
melakukan konfirmasi kepada dinas kesehatan provinsi Sumatera Utara melalui
laporan W1. Dan untuk penyebab kasus Chikungunnya tersebut.
b.
Pembuatan
Rencana Kerja
Pada tanggal pada
tanggal 1 januari 2015 sampai tanggal 25 januari 2015, tim dari Dinas kesehatan
Kabupaten, Dinkes Provinsi Sumut, serta tim dari puskesmas Batang Toru turun kelokasi
kejadian KLB demam Chikungunya untuk melakukan penyelidikan, penanggulangan Chikungunnya
serta melakukan pengambilan jentik nyamuk
dari lokasi kejadian Chikungunnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Tapanuli Selatan.
ü Definisi Kasus Awal
Kasus adalah penduduk yang sedang sakit atau
baru mengalami sakit dengan gejala klinis utama demam, nyeri pada persendian
dan bintik-bintik merah pada kulit.
ü
Hipotesis
Awal
Diduga telah terjadi KLB chikungunnya dengan kasus sebanyak 74
orang. Dimana kasus KLB terjadi didua
tempat yakni Desa Perkebunan Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang di Kecamatan
Batang Toru.
ü Macam dan Sumber Data
Macam data berupa data perorangan (jenis kelamin dan tempat tinggal),
data klinis (tanda dan gejala).
Sumber data dari laporan Puskesmas dan laporan W1.
ü
Strategi
Penemuan Kasus
-
Penggunaan Data fasilitas kesehatan
-
Kunjungan ke RS / fasilitas kesehatan
-
Kunjungan ke tempat yg diduga sumber penularan
ü
Sarana
dan Tenaga yg Diperlukan
-
Sarana :
Falititas Perjalanan:
•
Angkutan
•
Akomodasi
•
Dokumen perjalan
Fasilitas Komunikasi
Peralatan penyelidikan klinik
Peralatan laboratorium
Sarana penanggulangan
Alat tulis
-
Tenaga :
Tenaga Kesehatan/ahli : dokter, paramedis, SKM, Ahli Gizi, Analis atau ahli laboratorium.
Tenaga Pembantu: Penerjemah, montir, sopir dan penunjuk jalan/gaid.
c.
Pertemuan
dengan Pejabat Setempat
Pada tanggal 1 januari
2014 tim segera melakukan koordinasi dengan pihak kecamatan dan desa untuk
segera melakukan tindakan yang lebih intensif dalam melakukan penanggulangan kasus
Chikungunya. Adapun yang dilakukan adalah mengamati sumber penularan kasus
Chikungunnya, bersama pihak kecamatan dan desa melakukan penyuluhan dilokasi, pengobatan
dan perawatan penderita Chikungunya,pemberantasan sarang nyamuk dan melakukan
fogging.
2. Pemastian KLB
Kasus
Chikungunnya yang terjadi di Kecamatan Batang Toru adalah merupakan Kejadian
Luar Biasa (KLB). Hal ini didasarkan pada laporan W1 dari Puskesmas Batang Toru
bahwa terjadi peningkatan kasus Chikungunnya. Dimana, 5 tahun sebelumnya tidak
pernah ada kasus Chikungunnya. Selain itu juga terjadi peningkatan kasus secara
bermakna pada tanggal 10 Desember 2014 hingga terjadi letusan KLB pada tanggal 31
desember 2013. Kasus yang ditemukan dikecamatan Batang Toru di 2 desa
berdasarkan hasil investigasi adalah berjumlah 74 kasus .
3. Pemastian Diagnosis Epidemiologi
Berdasarkan
hasil penyelidikan dilokasi kecamatan Batang Toru minggu ke-4 Oktober 2013
pertama muncul kasus Chikungunya sampai dengan KLB minggu ke-2 januari 2014 ,
telah ditemukan kasus Chikungunnya sebanyak 74 kasus dan tersebar di 2 desa.
Dari hasil penyelidikan, gejala utama yang ditemukan adalah Chikungunya, demam,
nyeri pada persendian, dan bintik-bintik merah pada kulit (ruam). Penyelidikan
yang dilakukan disekitar tempat tinggal melalui wawancara langsung dengan
penderita dan hampir semua mengalami gejala yang sama. Dan pemeriksaan dari
hasil studi secara kontrol terhadap jentik nyamuk yang ada disekitar kasus KLB.
4.
Pengidentifikasian dan
menghitung Kasus dan
Paparan
Memperhatikan
gejala klinis diatas dan masa inkubasi demam Chikungunnya adalah 3-11 hari, dan
sumber penularan demam Chikungunnya pertama kalinya ialah Mrs. R, Usia 39
Tahun, tinggal didesa Sigala-gala dan pemicunya ialah banyaknya TPA disekitar
rumah tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes spp
sebagai faktor resiko.
5.
Pendeskripsian
KLB berdasarkan People, Place, Time
a.
Deskripsi kasus berdasarkan waktu
Hasil
penyelidikan dilapangan diketahui bahwa kasus Chikungunya di Kecamatan Batang
Toru dimulai pada minggu ke-4 Oktober 2015 dengan ditemukannya 1 penderita di
desa Sigala-gala. Dan diperoleh gambaran bahwa paparan terjadi antara akhir
bulan Oktober 2013 hingga terjadi puncak kasus minggu ke-2 Januari 2014 . KLB Chikungunnya
dimulai pada minggu ke 2 tahun 2014 dengan jumlah kasus masing-masing 9.
b.
Deskripsi kasus berdasarkan tempat
Deskripsi
kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan
hubungannya dengan tempat tinggal. Deskripsi kasus berdasarkan tempat dibuat
berdasarkan lokasi desa yang terjangkit penyakit Chikungunya . Kasus chikungunya
hampir terjadi di 2 desa tersebeut yakni Desa Sigala-gala dan Kelurahan Aek
Pinang kecamatan Batang Toru dengan
Attack rate(AR) KLB Chikungunya tertinggi adalah di Desa Perkebunan Sigala-gala sebanyak 25 kasus dengan rasio AR
=3,92%. Hal ini bisa terjadi karna desa Perkebunan Sigala-gala dikelilingi oleh
perkebunan karet dimana kondisi ini merupakan tempat yang baik sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes albopictus.
c.
Deskripsi
Kasus Berdasarkan Orang
•
Berdasarkan Jenis Kelamin
Penderita KLB demam Chikungunya dengan
jenis kelamin perempuan memiliki AR tertinggi yaitu sebesar 2,71%.
•
Berdasarkan Umur
Attack rate KLB demam Chikungunnya
berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur < 1 tahun yaitu
sebesar 6,02%. Yang cukup tinggi dicermati adalah penderita pada kelompok umur
<1 tahun ini menunjukkan indikasi terjadinya penularan bersifat
lokal/setempat(indigenous).
6. Penanggulangan Sementara (yang
telah dilakukan)
Beberapa kegiatan penanggulangan KLB yang telah
dilaksanakan antara lain :
1. Perawatan dan Pengobatan terhadap penderita.
Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian pertolongan kepada penderita dengan
cara melakukan perawatan dan pengobatan demam chikungunnya yang dilakukan oleh
bidan puskesmas Batang Toru.
2. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada saat melakukan
PE pada tanggal 19 dan 21 Januari 2014. Kegiatan ini dilakukan agar masyarakat
memahami pentingnya kesehatan lingkungan dan PHBS dalam upaya pencegahan
penyakit Chikungunnya.
3. Melakukan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara
serentak pada tanggal 24 januari 2014.
4. Melakukan fogging pada hari sabtu pada tanggal 25
januari 2014.
7. Pengidentifikasian sumber dan Cara Penyebaran
Sumber
dan cara penularan Chikungunya kemungkinan besar melalui
ü Terdapatnya
jentik Nyamuk Aedes sp dilingkungan
sekitar TPA di Desa Perkebunan Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang
ü Dan
sumber kasus Chikungunya dari seorang Mrs.R usia 39 tahun di Desa perkebunan
Sigala-gala.
8.
Pengidentifikasian
Keadaan Penyebab KLB
Keadaan yang diduga menjadi pemicu terjadinya KLB Chikungunnya
adalah mengenai PHBS dari warga dan kesehatan lingkungannya yang kurang. Dimana
TPA yang berada di lingkungan sekitar desa Perkebunan Sigala-gala terindikasi
memiliki tempat perkembang jentik nyamuk Aedes sp. Dan pemukinan yang berada
pada perkebunan menjadi tempak perkembangbiakan nyamuk Aedes sp dan itu
merupakan faktor pendorong penyebab terjadinya KLB. Dan warga yang ada didesa
Perkebunan Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang jarang menggunaka kelambu atau obat
nyamuk sebagai pengendali vektor tersebut..
9.
Perencanaan
Penelitian Yang Lebih Sistematis
Dimana berdasarkan laporan W1 dari puskesmas Batang
Toru sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan meninjau kembali kasus
KLB Chikungunnya di Kecamatan Batang Toru dan melakukan pengendalian dan
pencegahan kasus Chikungunnya.
- Penetapan Saran Cara Pencegahan dan Penanggulangan
Beberapa kegiatan penanggulangan KLB yang telah
dilaksanakan antara lain :
1) Perawatan dan Pengobatan terhadap penderita.
Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian pertolongan kepada penderita dengan
cara melakukan perawatan dan pengobatan demam chikungunnya yang dilakukan oleh
bidan puskesmas Batang Toru.
2) Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada saat
melakukan PE pada tanggal 19 dan 21 Januari 2014. Kegiatan ini dilakukan agar
masyarakat memahami pentingnya kesehatan lingkungan dan PHBS dalam upaya
pencegahan penyakit Chikungunnya.
3) Melakukan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara
serentak pada tanggal 24 januari 2014.
4) Melakukan fogging pada hari sabtu pada tanggal 25
januari 2014.
5) Menguatkan sistem surveilans untuk dapat mendeteksi
secara dini, kesiapsiagaan dan respon terhadap KLB demam chikungunya yang akan
datang.
6) Meningkatkan kegiatan PSN baik dalam eumah maupun
lingkungan sekitar minimal seminggu sekali.
- Penetapan Sistem Penemuan Kasus Baru atau Kasus dengan Komplikasi
- Laporan
Hasil penyelidikan KLB hendaknya dilaporkan kepada pihak berwenang baik
secara tertulis maupun lisan. Laporan secara lisan kepada instansi ksehatan
stempat berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang
disarankan dapat dilakukan. Sistematis laporan KLB ialah :
A. JUDUL LAPORAN
B. PENDAHULUAN
C. LATARBELAKANG
D. TUJUAN PENYELIDIKAN
E. METODOLOGI
F. HASIL PENYELIDIKAN
G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN DAN SARAN
I. ABSTRAK
J. DAFTAR PUSTAKA
c) Analisis Deskriptif
Berdasarkan data dari yang jurnal yang berjudul “FAKTOR RESIKO KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DEMAM CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN BATANG TORU,
KABUPATEN TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA TAHUN 2014”. Data yang ada
dilakukan analisis deskriptif orang, waktu dan tempat.
Definisi kasusnya adalah penduduk yang sedang sakit atau baru mengalami sakit dengan
gejala klinis utama demam, nyeri pada persendian dan bintik-bintik merah pada
kulit.
a.
Deskripsi
kasus berdasarkan waktu
Hasil penyelidikan dilapangan diketahui bahwa kasus
Chikungunya di Kecamatan Batang Toru dimulai pada minggu ke-4 Oktober 2015
dengan ditemukannya 1 penderita di desa Sigala-gala. Dan diperoleh gambaran
bahwa paparan terjadi antara akhir bulan Oktober 2013 hingga terjadi puncak
kasus minggu ke-2 Januari 2014 . KLB Chikungunnya dimulai pada minggu ke 2
tahun 2014 dengan jumlah kasus masing-masing 9.
b.
Deskripsi
kasus berdasarkan tempat
Deskripsi kasus berdasarkan tempat adalah untuk
mendapatkan petunjuk populasi yang rentan hubungannya dengan tempat tinggal.
Deskripsi kasus berdasarkan tempat dibuat berdasarkan lokasi desa yang
terjangkit penyakit Chikungunya . Kasus chikungunya hampir terjadi di 2 desa
tersebeut yakni Desa Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang kecamatan Batang Toru dengan Attack rate(AR)
KLB Chikungunya tertinggi adalah di Desa Perkebunan Sigala-gala sebanyak 25 kasus dengan rasio AR
=3,92%. Hal ini bisa terjadi karna desa Perkebunan Sigala-gala dikelilingi oleh
perkebunan karet dimana kondisi ini merupakan tempat yang baik sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes albopictus.
c.
Deskripsi
Kasus Berdasarkan Orang
•
Berdasarkan
Jenis Kelamin
Penderita KLB demam Chikungunya dengan jenis kelamin perempuan memiliki
AR tertinggi yaitu sebesar 2,71%.
•
Berdasarkan
Umur
Attack
rate KLB demam Chikungunnya berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok
umur < 1 tahun yaitu sebesar 6,02%. Yang cukup tinggi dicermati adalah
penderita pada kelompok umur <1 tahun ini menunjukkan indikasi terjadinya
penularan bersifat lokal/setempat(indigenous).