Selasa, 03 Mei 2016

Metode Penyelidikan KLB
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DEMAM CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN
BATANG TORU, KABUPATEN TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA TAHUN 2014


Oleh
REKA OKTAVIANI SIMBOLON
1307012231
VI/B

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

A.    METODOLOGI PENYELIDIKAN KLB KARENA MAKANAN
Dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit dan rumit ditentukan, sehingga  menggunakan metode yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi.
a.       Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian deskriptif, analitik atau keduanya.
b.      Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
c.       Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit, klinik, laboratorium dan lapangan).
Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian), dengan tujuan khusus :
Ø  Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
Ø  Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
Ø  Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
Ø  Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
Ø  Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi
Metodologi atau langkah-langkah yang harus dilalui pada pada penyelidikan KLB, seperti berikut :
1.      Persiapan penelitian lapangan
2.      Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3.      Memastikan Diagnose Etiologis
4.      Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5.      Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6.      Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7.      Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8.      Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9.      Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10.  Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11.  Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12.   Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
(Sumber : CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986; Goodman et al., 1990)




a)   Dasar Penentuan KLB
  1. Peningkatan kejadian Chikungunya secara terus menerus dalam > 3 kurun waktu berturut-turut.
  2. Peningkatan kejadian penyakit ≥ 2 x dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dilihat dari diagram dibawah ini.
b)   Langkah-langkah penyelidikan KLB :
1.      Persiapan
a.         Konfirmasi Informasi
                 Laporan KLB berasal dari laporan puskesmas Batang Toru bahwa terjadi peningkatan kasus didua desa yang ada diwilayah kerja puskesmas Batang Toru sebanyak 74 kasus, dimana KLB demam chikungunya terjadi di Desa perkebunan Sigala-gal dan Kelurahan Aek Pinang, kasus  demam chikungunya terakhir kali terjadi tahun 2009.
                 Atas informasi tersebut petugas kabupaten langsung melakukan koordinasi dengan puskesmas Batang Toru untuk melakukan penyelidikan dan penanggulangan ke lokasi kejadian serta melakukan konfirmasi kepada dinas kesehatan provinsi Sumatera Utara melalui laporan W1. Dan untuk penyebab kasus Chikungunnya tersebut.

b.        Pembuatan Rencana Kerja
     Pada tanggal pada tanggal 1 januari 2015 sampai tanggal 25 januari 2015, tim dari Dinas kesehatan Kabupaten, Dinkes Provinsi Sumut, serta tim dari puskesmas Batang Toru turun kelokasi kejadian KLB demam Chikungunya untuk melakukan penyelidikan, penanggulangan Chikungunnya serta melakukan pengambilan jentik nyamuk  dari lokasi kejadian Chikungunnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan.
ü  Definisi Kasus Awal
Kasus adalah penduduk yang sedang sakit atau baru mengalami sakit dengan gejala klinis utama demam, nyeri pada persendian dan bintik-bintik merah pada kulit.
ü  Hipotesis Awal
Diduga telah terjadi KLB chikungunnya dengan kasus sebanyak 74 orang.  Dimana kasus KLB terjadi didua tempat yakni Desa Perkebunan Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang di Kecamatan Batang Toru.
ü  Macam dan Sumber Data
Macam data berupa data perorangan (jenis kelamin dan tempat tinggal), data klinis (tanda dan gejala).
Sumber data dari laporan Puskesmas dan laporan W1.
ü  Strategi Penemuan Kasus
-    Penggunaan Data fasilitas kesehatan
-    Kunjungan ke RS / fasilitas kesehatan
-    Kunjungan ke tempat yg diduga sumber penularan
ü  Sarana dan Tenaga yg Diperlukan
-           Sarana :
*      Falititas Perjalanan:
         Angkutan
         Akomodasi
         Dokumen perjalan
*      Fasilitas Komunikasi
*      Peralatan penyelidikan klinik
*      Peralatan laboratorium
*      Sarana penanggulangan
*      Alat tulis
-           Tenaga :
Tenaga Kesehatan/ahli           : dokter, paramedis, SKM,      Ahli     Gizi, Analis atau ahli laboratorium.
Tenaga Pembantu: Penerjemah, montir, sopir dan penunjuk jalan/gaid.

c.         Pertemuan dengan Pejabat Setempat
Pada tanggal 1 januari 2014 tim segera melakukan koordinasi dengan pihak kecamatan dan desa untuk segera melakukan tindakan yang lebih intensif dalam melakukan penanggulangan kasus Chikungunya. Adapun yang dilakukan adalah mengamati sumber penularan kasus Chikungunnya, bersama pihak kecamatan dan desa melakukan penyuluhan dilokasi, pengobatan dan perawatan penderita Chikungunya,pemberantasan sarang nyamuk dan melakukan fogging.



2.      Pemastian KLB
Kasus Chikungunnya yang terjadi di Kecamatan Batang Toru adalah merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini didasarkan pada laporan W1 dari Puskesmas Batang Toru bahwa terjadi peningkatan kasus Chikungunnya. Dimana, 5 tahun sebelumnya tidak pernah ada kasus Chikungunnya. Selain itu juga terjadi peningkatan kasus secara bermakna pada tanggal 10 Desember 2014  hingga terjadi letusan KLB pada tanggal 31 desember 2013. Kasus yang ditemukan dikecamatan Batang Toru di 2 desa berdasarkan hasil investigasi adalah berjumlah 74 kasus .
3.      Pemastian Diagnosis Epidemiologi
Berdasarkan hasil penyelidikan dilokasi kecamatan Batang Toru minggu ke-4 Oktober 2013 pertama muncul kasus Chikungunya sampai dengan KLB minggu ke-2 januari 2014 , telah ditemukan kasus Chikungunnya sebanyak 74 kasus dan tersebar di 2 desa. Dari hasil penyelidikan, gejala utama yang ditemukan adalah Chikungunya, demam, nyeri pada persendian, dan bintik-bintik merah pada kulit (ruam). Penyelidikan yang dilakukan disekitar tempat tinggal melalui wawancara langsung dengan penderita dan hampir semua mengalami gejala yang sama. Dan pemeriksaan dari hasil studi secara kontrol terhadap jentik nyamuk yang ada disekitar kasus KLB.

4.                  Pengidentifikasian dan menghitung Kasus dan Paparan
Memperhatikan gejala klinis diatas dan masa inkubasi demam Chikungunnya adalah 3-11 hari, dan sumber penularan demam Chikungunnya pertama kalinya ialah Mrs. R, Usia 39 Tahun, tinggal didesa Sigala-gala dan pemicunya ialah banyaknya TPA disekitar rumah tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes spp  sebagai faktor resiko.

5.      Pendeskripsian KLB berdasarkan People, Place, Time
a.      Deskripsi kasus berdasarkan waktu
Hasil penyelidikan dilapangan diketahui bahwa kasus Chikungunya di Kecamatan Batang Toru dimulai pada minggu ke-4 Oktober 2015 dengan ditemukannya 1 penderita di desa Sigala-gala. Dan diperoleh gambaran bahwa paparan terjadi antara akhir bulan Oktober 2013 hingga terjadi puncak kasus minggu ke-2 Januari 2014 . KLB Chikungunnya dimulai pada minggu ke 2 tahun 2014 dengan jumlah kasus masing-masing 9.
b.      Deskripsi kasus berdasarkan tempat
Deskripsi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan hubungannya dengan tempat tinggal. Deskripsi kasus berdasarkan tempat dibuat berdasarkan lokasi desa yang terjangkit penyakit Chikungunya . Kasus chikungunya hampir terjadi di 2 desa tersebeut yakni Desa Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang  kecamatan Batang Toru dengan Attack rate(AR) KLB Chikungunya tertinggi adalah di Desa Perkebunan  Sigala-gala sebanyak 25 kasus dengan rasio AR =3,92%. Hal ini bisa terjadi karna desa Perkebunan Sigala-gala dikelilingi oleh perkebunan karet dimana kondisi ini merupakan tempat yang baik sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus.
c.       Deskripsi Kasus Berdasarkan Orang
         Berdasarkan Jenis Kelamin
Penderita KLB demam Chikungunya dengan jenis kelamin perempuan memiliki AR tertinggi yaitu sebesar 2,71%.
         Berdasarkan Umur
Attack rate KLB demam Chikungunnya berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 6,02%. Yang cukup tinggi dicermati adalah penderita pada kelompok umur <1 tahun ini menunjukkan indikasi terjadinya penularan bersifat lokal/setempat(indigenous).

6.      Penanggulangan Sementara (yang telah dilakukan)
Beberapa kegiatan penanggulangan KLB yang telah dilaksanakan antara lain :
1.      Perawatan dan Pengobatan terhadap penderita. Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian pertolongan kepada penderita dengan cara melakukan perawatan dan pengobatan demam chikungunnya yang dilakukan oleh bidan puskesmas Batang Toru.
2.      Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada saat melakukan PE pada tanggal 19 dan 21 Januari 2014. Kegiatan ini dilakukan agar masyarakat memahami pentingnya kesehatan lingkungan dan PHBS dalam upaya pencegahan penyakit Chikungunnya.
3.      Melakukan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak pada tanggal 24 januari 2014.
4.      Melakukan fogging pada hari sabtu pada tanggal 25 januari 2014.

7.      Pengidentifikasian sumber dan Cara Penyebaran
Sumber dan cara penularan Chikungunya kemungkinan besar melalui
ü  Terdapatnya jentik Nyamuk Aedes sp dilingkungan sekitar TPA di Desa Perkebunan Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang
ü  Dan sumber kasus Chikungunya dari seorang Mrs.R usia 39 tahun di Desa perkebunan Sigala-gala.
8.      Pengidentifikasian Keadaan Penyebab KLB
Keadaan yang diduga menjadi pemicu terjadinya KLB Chikungunnya adalah mengenai PHBS dari warga dan kesehatan lingkungannya yang kurang. Dimana TPA yang berada di lingkungan sekitar desa Perkebunan Sigala-gala terindikasi memiliki tempat perkembang jentik nyamuk Aedes sp. Dan pemukinan yang berada pada perkebunan menjadi tempak perkembangbiakan nyamuk Aedes sp dan itu merupakan faktor pendorong penyebab terjadinya KLB. Dan warga yang ada didesa Perkebunan Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang jarang menggunaka kelambu atau obat nyamuk sebagai pengendali vektor tersebut..
                                                                                                
9.      Perencanaan Penelitian Yang Lebih Sistematis
Dimana berdasarkan laporan W1 dari puskesmas Batang Toru sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan meninjau kembali kasus KLB Chikungunnya di Kecamatan Batang Toru dan melakukan pengendalian dan pencegahan kasus Chikungunnya.
  1. Penetapan Saran Cara Pencegahan dan Penanggulangan
Beberapa kegiatan penanggulangan KLB yang telah dilaksanakan antara lain :
1)      Perawatan dan Pengobatan terhadap penderita. Kegiatan yang dilakukan adalah pemberian pertolongan kepada penderita dengan cara melakukan perawatan dan pengobatan demam chikungunnya yang dilakukan oleh bidan puskesmas Batang Toru.
2)      Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada saat melakukan PE pada tanggal 19 dan 21 Januari 2014. Kegiatan ini dilakukan agar masyarakat memahami pentingnya kesehatan lingkungan dan PHBS dalam upaya pencegahan penyakit Chikungunnya.
3)      Melakukan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak pada tanggal 24 januari 2014.
4)      Melakukan fogging pada hari sabtu pada tanggal 25 januari 2014.
5)      Menguatkan sistem surveilans untuk dapat mendeteksi secara dini, kesiapsiagaan dan respon terhadap KLB demam chikungunya yang akan datang.
6)      Meningkatkan kegiatan PSN baik dalam eumah maupun lingkungan sekitar minimal seminggu sekali.
  1. Penetapan Sistem Penemuan Kasus Baru atau Kasus dengan Komplikasi
  2. Laporan
Hasil penyelidikan KLB hendaknya dilaporkan kepada pihak berwenang baik secara tertulis maupun lisan. Laporan secara lisan kepada instansi ksehatan stempat berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat dilakukan. Sistematis laporan KLB ialah :
A. JUDUL LAPORAN
B. PENDAHULUAN
C. LATARBELAKANG
D. TUJUAN PENYELIDIKAN
E. METODOLOGI
F. HASIL PENYELIDIKAN
G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN DAN SARAN
I. ABSTRAK
J. DAFTAR PUSTAKA










c)    Analisis Deskriptif
Berdasarkan data dari yang jurnal yang berjudul “FAKTOR RESIKO KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DEMAM CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN BATANG TORU, KABUPATEN TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA TAHUN 2014”. Data yang ada dilakukan analisis deskriptif orang, waktu dan tempat.
Definisi kasusnya adalah penduduk yang sedang sakit atau baru mengalami sakit dengan gejala klinis utama demam, nyeri pada persendian dan bintik-bintik merah pada kulit.
a.       Deskripsi kasus berdasarkan waktu
Hasil penyelidikan dilapangan diketahui bahwa kasus Chikungunya di Kecamatan Batang Toru dimulai pada minggu ke-4 Oktober 2015 dengan ditemukannya 1 penderita di desa Sigala-gala. Dan diperoleh gambaran bahwa paparan terjadi antara akhir bulan Oktober 2013 hingga terjadi puncak kasus minggu ke-2 Januari 2014 . KLB Chikungunnya dimulai pada minggu ke 2 tahun 2014 dengan jumlah kasus masing-masing 9.
b.      Deskripsi kasus berdasarkan tempat
Deskripsi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan hubungannya dengan tempat tinggal. Deskripsi kasus berdasarkan tempat dibuat berdasarkan lokasi desa yang terjangkit penyakit Chikungunya . Kasus chikungunya hampir terjadi di 2 desa tersebeut yakni Desa Sigala-gala dan Kelurahan Aek Pinang  kecamatan Batang Toru dengan Attack rate(AR) KLB Chikungunya tertinggi adalah di Desa Perkebunan  Sigala-gala sebanyak 25 kasus dengan rasio AR =3,92%. Hal ini bisa terjadi karna desa Perkebunan Sigala-gala dikelilingi oleh perkebunan karet dimana kondisi ini merupakan tempat yang baik sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes albopictus.
c.       Deskripsi Kasus Berdasarkan Orang
         Berdasarkan Jenis Kelamin
Penderita KLB demam Chikungunya dengan jenis kelamin perempuan memiliki AR tertinggi yaitu sebesar 2,71%.
         Berdasarkan Umur
Attack rate KLB demam Chikungunnya berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 6,02%. Yang cukup tinggi dicermati adalah penderita pada kelompok umur <1 tahun ini menunjukkan indikasi terjadinya penularan bersifat lokal/setempat(indigenous).